Senin, 20 Juni 2011

KECERDASAN EMOSI

Beberapa konsepsi yang keliru tentang kecerdasan emosi

Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah”. Pada saat-saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan “sikap ramah” melainkan misalnya sikap tegas yang barangkali memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari.

Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa(memanjakan perasaan) melainkan mengelola perasaan sedemikian sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar menuju sasaran bersama.

Begitu pula, wanita tidak “lebih hebat” daripada pria dalam hal kecerdasan emosi. Pria pun tidak “lebih hebat” daripada wanita. Kita semua mempunyai profil pribadi mengenai kekuatan dan kelemahan dalam kemampuan ini: kita mungkin hebat dalam berempati, tetapi mempunyai kekurangan dalam hal menangani kesedihan sendiri, atau kita mungkin peka sekali terhadap perubahan sekecil apa pun dalam suasana hati kita, tetapi kurang luwes dalam pergaulan.

Memang benar bahwasanya pria dan wanita sebagai kelompok cenderung sama-sama mempunyai profil khas gender dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Sebuah analisis tentang kecerdasan emosi terhadap ribuan pria dan wanita menemukan bahwa wanita, rata-rata lebih sabar tentang emosi mereka, lebih mudah bersikap empati, dan lebih terampil dalam hubungan pribadi. Pria, sebaliknya, lebih percaya diri dan optimistis, mudah beradaptasi, dan lebih baik dalam menangani stress.

Namun secara umum, kemiripan diantara dua kelompok ini jauh lebih banyak kimbang perbedaan. Sebagian pria sama empatiknyadengan kebanyakan wanita yang sangat peka terhadap pergaulan., sedangkan sebagian wanita mempunyai kemampuan yang sama dalam menahan stress dengan kebanyakan pria yang tangguh secara emosi. Memang, secara rata-rata bila kita melihat peringkat keseluruhan untuk pria dan wanita, kekutan dan kelemahan saling menghilangkan, sehingga dalam kaitan dengan kecerdasan emosi keseluruhan, perbedaan berdasarkan jenis kelamin tidak ada.

Akhirnya, tingkat kecerdasan emosi kita tidak terikat dengan factor genetis, tidak juga hanya dapat berkembangsalama masa kanak-kanak. Tidak seperti IQ, yang berubah hanya sedikit sesudah melewati masa remaja, tampaknya kecerdasan emosi lebih banyak diperolehlewat belajar, dan terus berkembang sepanjang hidup sambil belajar dari pengalaman sendiri (kecakapan kita dalam hal ini dapat terus tumbuh). Sesungguhnya studi-studi yang telah menelusuri tingkat kecerdasan emosi orang selama bertahun-tahun. Menunjukkan bahwa orang makin lama makin baik dalam kemampuan ini sejalan dengan makin terampilnya mereka dalam menangani emosi dan impuls nya sendiri, dalam memotivasi diri, dan dalam mengasah empati dan kecakapan sosial. Ada istilah lama untuk perkembangan kecerdasan emosi ini: kedewasaan

Krisis mendatang: Meningkatnya IQ, Menurunnya EQ
Sejak 1918, ketika Perang dunia I memperkenalkan pengujian uji IQ secara massal trhadap para calon tentara Amerika, skor IQ rata-rata di Amerika Serikat telah meningkat 24 poin, dan kenaikan serupa juga tercatat di Negara-negara maju di seluruh dunia. Alasan kenaikan tersebut karena nutrisi yang lebih baik,lebih banyaknya anak-anak yang berkesempatan menyelesaikan jenjang pendidikan lebih tinggi, adanya game komputer, dan permainan teka-teki yang membantu anak-anak menguasai ketrampilan-ketrampilan berwawasan(spatial skills), hingga semakin kecilnya jumlah anggota keluarga(yang umumya berkolerasi dengan lebih tingginya skor IQ pada anak-anak).
Namun, ini ternyata menghasilkan paradoks yang membahayakan: Sementara skor IQ anak-anak makin tinggi, kecerdasan emosi mereka justru menurun. Barangkali, yang paling mengkhawatirkan adalah data dari sebuah survey besar-besaran terhadap orang tua dan guru yang menunjukkn bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering lebih sering mengalami masalah emosi ketimbang generasi terdahulu. Secara pukul rata, anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, lebih impulsive dan agresif.
Dua sampel acak terhadap anak-anak Amerika, usia tujuh hingga enam belas tahun, dievaluasi oleh orangtua dan guru mereka (orang-orang dewasa mengenal mereka dengan baik). Kelompok pertama diukur sekitar pertengahan tahun 1970-an, sedangkan kelompok pembanding disurvei sekitar akhir tahun 1980-an. Selama kurun waktu sekitar 15 tahun itu, ada penurunan yang signifikan pada kecerdasan emosi anak-anak. Walaupun anak-anak kalangan miskin mulai dengan tingkat rata-rata yang lebih rendah, laju penurunan ini sama untuk semua kelas ekonomi yakni sama curamnya baik dilingkungan pemukiman mewah luar kota maupun di lorong-lorong kumuh perkotaan.
Dr. Thomas Achenbach, psikologi dari University of Vermont yang melakukan studi tersebut menyatakan bahwa menurunnya kemampuan-kemampuan dasar pada anak-anak ini tampaknya bersifat mendunia. Tanda-tanda jelas mengenai penurunan ini tampak dari bertambahnya kasus kaum muda yang mengalami masalah-masalah seperti putus asa terhadap masa depan dan keterkucilan, penyalahgunaan obat bius, kriminalitas dan kekerasan, depresi atau masalah makan, kehamilan tak diinginkan, kenakalan, dan putus sekolah.


Kecakapan emosi
Kecakapan emosi adalah kecakapanhasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosi dan karena itu menghasilkan kinerja menonjol dalam pekerjaan. Contohnya kecakapan yang ditunjukkan oleh sang pramugari. Ia istimewa Dalam hal “pengaruh” sebagai salah stu kecakapan emosi yang penting: mampu membuat orang menanggapi apa yang dikehendaki. Inti kecakapan ini adalah dua kemampuan empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain dan ketrampilan sosial, yang berarti mampu mengelola perasaan oranglain dengan baik.
Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasarkan pada 5 unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan oranglain. Kecakapan emosi terbagi dalam beberapa kelompok, masing-masing berlandaskan kemampuan kecerdasan emosi yang sama. Kemampuan kecerdasan emosi yang menjadi pijakan ini perlu bahkan vital, jika orang harus menunjukkan kecakapan yang diturunkan dari seseorang ditempat kerja. Apabila mereka kurang pandai dalam ketrampilan sosial misalnya orang akan tidak mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mengilhami oranglain., untuk memimpin kelompok, atau untuk menjadi katalisator perubahan. Jika kesadaran mereka kurang, mereka akan lupa dengan kelemahan-kelemahan dirinya sendiri, dan kurang kepercayaan diri yang berasal dari kepastian kekuatan mereka.


Kerangka Kerja Kecakapan Emosi
Kecakapan Pribadi
Kecakapan ini menentukan kita mengelola diri sendiri
Kesadaran Diri
Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi
Kesadaran emosi: Mengenali emosi diri sendiri dan efeknya
Penilaian diri secara teliti: Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri
Percaya diri: Keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri
Pengaturan Diri, Mengelola kondisi, impuls, dan sumberdaya diri sendiri
• Kendali diri: Mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak
Sifat dapat dipercaya: Memelihara norma kejujuran dan integritas
Kewaspadaan: Bertanggungjawab atas kinerja pribadi
Adaptibilitas: Keluwesan dalam menghadapi perubahan
Inovasi: Mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi
Motivasi
Kecendrungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran
Dorongan pribadi: Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standard keberhasilan
Komitmen: Menyesuaikan diri dengan asaran kelompok atau perusahaan
Inisiatif: Kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
Optimisme: Kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan



Kecakapan sosial
Kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan
Empati
Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan oranglain
Memahami oranglain:Mengindra perasaan dan perspektif oranglain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka
Orientasi pelayanan: Mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan
Mengembangkan oranglain: Merasakan kebutuhan perkembangan oranglain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka
Mengatasi keragaman: Menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang
Kesadaran politis: Mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungan nya dengan kekuasaan.
Ketrampilan Sosial
Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada oranglain
Pengaruh: Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi
Komunikasi: Mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan
Kepemimpinan: Membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain
Katalisator perubahan: Memulai dan mengelola perubahan
Manajemen konflik: Negosiasi dan pemecahan silang pendapat
Pengikat jaringan: Menumbuhkan hubungan sebagai alt
Kolaborasi dan kooperasi: Kerjasama dengan oranglain demi tujuan bersama
Kemampuan tim: Menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama

Jumat, 17 Juni 2011

KESEHATAN MENTAL


Beberapa definisi tentang kesehatan mental:
1. Kesehatan mental adalah terhidarnya seseorang dari gejala jiwa (neurose) dan gejala penyakit jiwa(psychose)
            Berbagai kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) menyambut baik definisi ini. Menurut definisi ini, seseorang dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, hilangnya kegairahan bekerja pada diri seseorang. Bila gejala ini meningkat akan menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenis, hysteria, dan sebagainya. Adapun orang yang sakit jiwa biasanya memiliki pandangan berbeda dengan pandangan orang yang pada umumnya. Inilah yang kita kenal dengan orang gila.
2. Kesehatan mental adala adanya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
            Definisi ini lebih luas daripada definisi pertama karena berhubungan kehidupan manusia secara umum. Menurut definisi ini seseorang dikatakan bermental sehat bila ia menguasai dirinya sehingga ia terhindar dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi.
Orang yang mampu menyesuaikan diri akan merasakan hidup bahagia karena tidak diliputi perasaan cemas, gelisah, dan prasaan lainnya. Sebaliknya ia akan merasa semangat yang tinggi dalam menjalankan hidupnya.
            Untukmencapai kesehatan mental, kita harus mengenal diri sendiri dan bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan diri kita. Hal ini bukan berarti kita harus mengabaikan orang lain.
            Kita juga harus mengenal, memahami, dan meneliti orang lain secara objektif dan menerima kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
            Selain dua faktor diatas, kita harus memperhatikan lingkungan, yatu memperhatikan kaidah-kaidah sosial, peraturan-peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, yang berlaku dalam lingkungan kita. Dengan demikian, kita harus menjaga segala tindakan kita agar tidak bertentangan dengan peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk mengembangkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin.
Selanjutnya....

Kamis, 19 Mei 2011

pembelajar hebat

Setiap hari, dalam setiap aspek kehidupan, kita harus mengeluarkan segenap kemampuan otak kita untuk bisa mengikuti pergerakan dunia sekeliling kita. Kebanyakan dari kita merasa bahwa kita tidak mampu melakukannya dan bahwa kekuatan mental kita tidak cukup untuk memenuhi tuntutan karier, pendidikan, dan keluargayang diletakkan diataskekuatan mental itu. Berapa kali Anda pernah berharap memiliki kekuatan otak lebih besar, dalam kondisi dimana Anda merasa bahwa kekuatan otak Anda sendiri tidak memadai???????

Barangkali kemampuan belajar merupakan bentuk yang paling fundamental dari kekuatan otak. Bahkan, lebih fundamental daripada kemampuan berpikir. Tidak peduli betapa cemerlangnya Anda, apabila And tidak mau belajar apa2, seluruh kekuatan otak itu akan sia2 saja. Tetapi sekalipun Anda sangat tidak cemerlang, asalkan Anda mau belajar, Anda emiliki kekuatan otak untuk belajar.






Orang2 seringkali merasa bahwa dirinya dilahirkan sebagai seorang pembelajar yang kurang tekun dan begitulah jadinya. Misalnya tidak ada sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kehebatan atau kemampuan untuk bermain biola secara menakjubkan. Singkatnya, orang percaya bahwa dirinya tidak bis belajar untukmenjadi pembelajar yang lebih baik.

Ironisnya, orang2 yang kita sangka mempunyai kemampuan belajar lebih baik daripada kita justru juga berpikir bahwa mereka adalah orang yang berkemampuan rendah, dan juga berpikir kita lebih baik daripada mereka. Jelas, ada sesuatu yang salah dengan gambaran ini. Sebenarnya, aada beberapa hal yang salah dalam hal ini. Semuanya didasarkan pada sejumlah asumsi yang keliru tentang belajar.

Yang pertama adalah pemikiran bahwa Anda adalah seorang pembelajar  yang buruk. Kebanyakan dari kita memiliki pemikiran seperti ini sebagian karena cara belajar dari sistem pendidikan yang diterapkan kepada ita sejak masa kanak2, yaitu cara belajarkuno dan tidak produktif. Pendekatan model lama ini sebenarnya lebih menimbulkan keburukan daripada kebaikan dan membuat proses belajar menjadi lebih sulit bagi kita.

semakin jelas kemustahilan untuk membiarkan orangmengandalkan sistem yang sulitdipakai untuk membawa mereka ke sekolah menengah, perguruan tinggi dan lebih dari itu untuk masuk ke dalam kehidupan dan tempat kerja. Cobalah pikirkan segala sesuatu yang harus Anda pelajari dalam satu hari. Kemudian bayangkan bahwa Anda berusaha mempelajari semuanya dengan cara mengulang  setiap fakta berkali2 bahkan sampai puluhan kali. Anda tidak bisa menyelesaikan semuanya dalam satu minggu . alini cukup menjelaskan tentang kemampuan pemahaman Anda yang dibanjiri oleh begitu banyak informasidalam kehidupan Anda.
Alasan lain yang membuat kita berpikir bahwa orang lain adalah pembelajar yang lebih baik daripada kita adalah kita selalu da di saat mengalami kesulitan belajar. Jadi, kita menjadi terlalu menyadari apa yang kita anggap sebagai kegagalan kita. Tetapi karena kita jarang sekali melihat oranglain mengalami kegagalan ataupun menyadari kegagalan oranglain dalam menguasai pengetahuan., kita lalu menganggap bahwa mereka pasti memiliki kecakapan belajar yang secara keseluruhan lebih super.
Tak heran apabila kemudian kita berpikir bahwa belajar adalah hal yang sulit, menjemukan, membutuhkan usaha yang besar, dan kita menganggap diri kita sebagai anak yang dungu di dalam kelas. Bagi sebagian besar dari kita, pembicaraan tentang belajar menimbulkan gambaran tentang suatu tugas yang sulit, membutuhkan banyak tenaga, dan sangat melelahkan, yang dulu secara pribadi tidak mampu kita lakukan dengan baik. Rintangan yang ada sekarang adalah Anda memiliki respons negatif terhadap pemikiran bahwa Anda harus mempelajari sesuatu yang baru

Rabu, 18 Mei 2011

Western and Asian cultural differences

1. Opini
Orang Asia cenderung berbelit-belit dalam hal berargumen, terkadang harus berputar-putar dulu untuk mengatakan sesuatu, padahal maksudnya tidak serumit yang dimaksud. Beda dengan orang Barat, langsung ke pokok masalah dan mereka nggak biasa basa-basi.

2. Waktu.
Orang Asia terkenal kurang menghargai waktu, kalau ada janji, kadang tidak tepat waktu, banyak alasan.
Orang Barat paling nggak suka kalau janji jam karet alias telat waktu.

3. Gaya Hidup.
Orang Barat cenderung individualis, berbeda dengan orang Asia, kalau orang Asia khususnya Indonesia, makin senang kalau tetap deket sama keluarga, makan ora makan kumpul.


4. Hubungan.
Karena orang Barat lebih individualis, maka dalam pertemanan ataupun bersosialisasi cenderung terbatas, berbeda dengan orang Asia dimana dalam bersosialisasi atau pertemanan lebih komplek, makanya situs jejaring Facebook ataupun Friendster lebih banyak diminati oleh orang Asia, khususnya Indonesia.
Kalau orang Barat sekedarnya saja.


5. Perayaan / pesta
Jika ada kenduri atau pesta orang Asia lebih suka mengundang orang sebanyak mungkin kalau sedikit rasanya nggak afdol, bahkan ada yang buat acara beberapa kali dan dilokasi yang berbeda, contohnya dalam acara pernikahan, benar-benar pemborosan, berbeda dengan orang Barat, mau acara pernikahan saja undangannya lewat Fax. dan nggak semua orang diundang, cukup kerabat atau teman dekat, lebih sederhana dan nggak boros biaya.


6. Terhadap sesuatu yang Baru
Orang Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta keblinger pengen tahu dan pengen memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja, berbeda dengan orang Asia, kalau ada sesuatu yang baru, belum puas kalau belum sampai memilikinya, makanya nggak heran kalau orang Indonesia banyak yang konsumtive, punya handphone gonta ganti, bahkan ada yang koleksi HP, mobil tiap tahun gonta-ganti, hanya karena nggak mau ketinggalan model.


7. Anak
Di keluarga Barat, anak dididik supaya mandiri semenjak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya, sudah hidup masing-masing berbeda dengan di Asia terutama di Indonesia, perlakuan orang tua terhadap anak sudah sangat protektif, sehingga anak tidak mandiri, sampai usia dewasapun sang orang tua tetap masih aja ngurusin anaknya, dengan harapan keturunan mereka bisa lebih langgeng dan sukses.


8. Trendi

Jika orang Barat lebih seneng sesuatu yang berbau traditional dan alami, kebalikannya kalau orang Asia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : orang Asia lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.


9. Atasan / Bos
Ini yang menarik, orang Asia umumnya memperlakukan atasan lebih dari yang lainnya, nggak sedikit yang j**at p**t*t , dan sang atasannya pun senang diperlakukan seperti itu. Berbeda jika di Barat, atasan tidak terlalu menonjolkan diri sebagai yang punya kuasa penuh, tetap sejajar dengan bawahan, namun tetap punya kekuasaan dan diakui sebagai atasan.


10. Masa Tua
Kalau orang Asia masa tua lebih banyak ngurusin cucu, kalau di Barat nggak ada namanya ngasuh cucu, paling banter sekedar temu kangen saja, karena hidupnya sudah masing-masing.


11. Transportasi.
Dahulu orang Barat sewaktu muda lebih suka pakai mobil, sekarang malah lebih suka pakai sepeda, mungkin karena faktor pentingnya kesehatan berbeda dengan orang Asia, kalau dulu masih pakai sepeda (mampunya beli sepeda) sekarang sudah harus pakai mobil, kalau mampu lagi pakai supir pribadi.


12. Di tempat makan.
Ditempat makan, kalau orang Barat cenderung tertib jika sedang makan, nggak rame dan seberisik orang Asia.


13. Wisata
Kalau lagi wisata, orang Asia paling suka photo-photo, beda sama orang barat, kalau ke tempat wisata lebih suka mengamati keindahan suasana daripada photo-photo.


14. Keindahan tubuh ideal.
Orang Barat merasa ideal punya warna kulit tubuh kecoklat-coklatan, makanya sering berjemur dipantai, beda kalau orang Asia terutama orang Indonesia, malah sangat mendambakan warna kulit putih, makanya di Indonesia paling laku tuh artis-artis Indo, malah nggak banyak yang kawin sama bule, biar memperbaiki keturunan.


15. Menghadapi masalah.
Kalau orang Asia lebih umum berpikiran bagaimana supaya bisa menghindari masalah, berbeda dengan orang Barat, bagaimana jika saya menghadapi suatu masalah. Makanya jangan heran kalau di Indonesia orang mau sukses ambil jalan pintas, mau bisnis sukses, main suap rekan bisnis, mau anak sukses jadi pegawai negeri, main suap sana suap sini, mau jadi caleg, asal punya duit jadi deh nomor urut 1, nggak sedikit yang datang ke dukun supaya lebih tercapai cita-cita jadi anggota dewan.


16. Marah
Kalau orang Barat lagi marah, memang benar-benar marah, beda kalau orang Asia lebih banyak memedam amarah, terkadang ada istilah dibalik senyuman ada kebencian.


17. Percaya Diri.
Suka tidak suka orang Barat lebih percaya diri dibanding orang Asia.


18. Hari Minggu
Orang Asia lebih suka menghabiskan waktu hari libur Sabtu dan Minggu pergi jalan-jalan, sekedar pergi ke Mall, nonton bisokop, kongkow-kongkow, beda dengan orang Barat, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding pergi jalan-jalan.


19. Makan
Umumnya orang Barat makan dibagi 3, makan pembuka, makanan Utama, dan makanan penutup, beda kalau orang Asia ketiga2x-nya makanan utama, alias Nasi tambuah ciek !(logat padang)

Jumat, 13 Mei 2011

ENAM KEKUATAN UTAMA MANUSIA

1 Kekuatan Impian (The Power of Dreams)

Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai. Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.


2. Kekuatan dari Fokus (The Power of Focus)

fokus adalah daya (power) untuk melihat sesuatu (termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti: kekuatan/strengths dan kelemahan/weakness dalam diri, peluang di sekitar kita, dan sebagainya) dengan lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya. Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.


3. Kekuatan Disiplin Diri (The Power of Self Discipline)




Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan. Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita. Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.

4. Kekuatan Perjuangan (The Power of Survival)

Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan. Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan (ingredient) yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.
5. Kekuatan Pembelajaran (The Power of Learning)

Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik. Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi.

6. Kekuatan Pikiran (The Power of Mind)
Pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling besar dan paling terindah. Dengan memahami cara bekerja dan mengetahui bagaimana cara mendayagunakan kekuatan pikiran, kita dapat menciptakan hal-hal terbaik bagi kehidupan kita. Dengan melatih dan mengembangkan kekuatan pikiran, selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan kreatif kita meningkat, juga secara bertahap kecerdasan emosional dan bahkan kecerdasan spiritual kita akan bertumbuh dan berkembang ke tataran yang lebih tinggi. Semua dari kita berhak dan memiliki kekuatan untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupannya. Semuanya ini adalah produk dari pilihan sadar kita, berdasarkan keyakinan kita, dan bukan dari produk kondisi keberadaan kita di masa lalu dan saat ini. Sebagaimana dikatakan oleh Jack Canfield dalam bukunya The Power of Focus, bahwa kehidupan tidak terjadi begitu saja kepada kita. Kehidupan adalah serangkaian pilihan dan bagaimana kita merespons setiap situasi yang terjadi pada kita.